Selasa, 19 April 2011

Nyanyian Kesadaran

Iwan Fals menyuarakan pesan keadilan sepanjang masa lewat tembangnya.
Tahu mengapa iwa fals jadi pembicaraan? Sebab, band-band yang ada tidak bicara tentang kesewenang-wenangan. Mereka tak mengangkat isu itu ke permukaan ketika orang lain tenang-tenang saja. Mereka tak membuat syair lagu yang kata-katanya takut untuk dicetak oleh orang lain. Para artis seharusnya peduli. Jika mereka peduli, transformasi besar mungkin terjadi.
Sewaktu mengadakan konser amal untuk korban banjir bulan lalu di sebuah stadion di Surabaya, Iwan Fals dan Band memperlihatkan pertunjukan terbesar mereka selama lebih dari satu dasawarsa terakhir ini. Walaupun penyanyi dan penulis lagu berusia 40 tahun ini belum mengeluarkan album lagi sejak tahun 1993, wajahnya masih banyak terpampang di becaj dan gerobak dorong di desa-desa kecil di seluruh pelosok Indonesia. Ketenaran Iwan Fals tak memudar terutama di hati orang-orang kecil, sebab pesan-pesan dalam lagunya masih ttap sesuai dengan keadaan zaman.
Di depan panggung Surabaya, sebanyak 13.000 penggemar baik itu pelajar, karyawan, atau pengangguran menyerukan "Iwan". Tepat pukul 7 malam, seruan itu terjawab. Iwan Fals melantunkan "Di Bawah Tiang Bendera". Lagu yang melonjak-lonjak ini langsung membuat penonton menggila. "Karena darah yang sama jangan bertengkar, karena tulang yang sama usah berpencar," demikian lantun Iwan Fals. Liriknya lagi-lagi tepat di saat banyaknya konflik suku bangsa dan agama sekarang ini. "Ingat lagu ini?" seru Iwan. Jawaban "Ya!" pun bergema. Di kerumunan iu Ali,22 tahun,seorang pramusaji dengan sandal jepit dan celana dilinting sampai lutut, berkata bahwa ia sudah menunggu sejak kecil melihat idolanya ini. Kata Ali, "Dia suara masyarakat."
Iwan Fals bagai duri bagi orang yang menyalahgunakan kekusaan. Tahun 1984 Iwan Fals ditangkap karena lagu yang menyinggung rezim Suharto, penguasa waktu itu. Lagu 'Mbak Tini' menceritakan tentang seorang pelacur yang membuka sebuah warung kopi pinggir jalan dan menikah dengan seorang sopir truk. Masalahnya, nama si lelaki adalah Suharto dan si perempuan pendek dan gemuk, tidak seperti ibu tien. Iwan bersikukuh bahwa lagu itu bukan tentang pasangan kenegaraan tersebut. Namun, jawaban Iwan tak pernah meyakinkan sampai sekarang. Iwan dikurung di hotelnya selama dua minggu sementara pihak berwenang mengajukan tuntutan penghinaan terhadap kepala negara. Tuntutan ini dikenal sebagai pemberontak, pahlawan, sekaligus seorang bintang, Di masa sekarang, tidak ada lagi Suharto utuk digoda. Namun, pesan Iwan untuk para anggota dewan supaya tidak tidur waktu bersidang dan seruannya untuk memerangi penindasan masih tetap relevan. "Dia selalu punya keberanian," kata penyanyi pop Sophia Latjuba.
Meski demikian Iwan telah melunak. Meski masih menulis lagu, Iwan menemukan ketenangan lebih ketika membuat lukisan abstrak dan mendalami agama. Peningkatan introspeksinya ini berawal dari luka hati tahun 1997 sepeninggal putranya yang masih remaja, Galang. Mata Iwan jadi merah dan berkaca-kaca saat berbicara tentang anak itu, seorang pemain gitar berbakat yang baru saja meluncurkan album pertamanya di usia 15 tahun. Iwan sedang menonton TV ketika suatu malam Galang pulang terlambat, mengucapkan salam, lalu masuk kama. "Paginya saya temukan dia sudah tidak sadar," kenang Iwan. Ia mengaku bahwa putranya mencoba-coba narkoba tapi bersikukuh bahwa kematian itu berkaitan dengan penyakit asma yang diderita Galang," kata istrinya, Yos. "Dia mencoba mengisi sesuatu yang hilang."
Iwan berencana mengeluarkan sebuah album baru dan baru saja memulai tur ke 14 kota. Namun, Iwan sangat tidak tertarik dengan detail turnya itu. Bahkan, ia tidak sadar ada undangan yang membuka  kesempatan  untuk mengadakan pertunjukan satu panggung dengan U2, calon band tamu pada acara peringatan kemerdekaan Timor Timur di bulan Mei. Yos yang menjadi manajer karir Iwan mengatakan bahwa kesempatan sekali seumur hidup itu tidak bisa masuk jadwal mereka. Suaminya tak menghiraukan kesempatan yang terbang itu tapi berkomentar, "Wah soundnya pasti bagus sekali, tuh." Bagi Iwan Fals, irama musik tak akan pernah berhenti.